Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan pentingnya membangun sustainable economy agar Indonesia menjadi global player yang diperhitungkan.
Menurut Wimboh, prinsip green economy adalah konsep berpikir untuk masa depan, yang orientasinya pada keberlanjutan investasi. “Ekonomi berkalnjutan ini adalah bagaimana kita dapat mengarahkan investasi publik dan swasta dalam pembangunan infrastruktur dan manusia yang berkelanjutan. Kalau enggak kita lakukan, maka cost akan mahal dan dapat merupakan ekonsistem di masa depan yang dampaknya akan dibebankan pada generasi kedepan,” jelas Wimboh dalam acara SAFE Katadata Forum 2021, Kamis (26/8/2021).
Menurut Wimboh, apabila hal tersebut tidak dilakukan dan didukung oleh regulasi, maka aka nada risiko yang besar, salah satunya tergangunya supply chain dari sektor produk, jasa, dan komoditas. Di sisi lain, risiko eksploitasi sumber daya alam yang besar juga membayangi jika sustainable economy tidak didukung. “Apapun yang kita produksi, siapapun mitra kita, dalam bentuk apapun, ini akan membandingkan diri dalam climate change, dan apabila kita dinilai tidak komplit atau tidak mendukung, produk yang kita ekspor ke luar negeri akan terganggu supply chain-nya,” jelas dia. Wimboh mengungkapkan, dalam segi makro ekonomi kebijakan green ekonomi ini mengarah keberlangsungan lingkungan dan abgaimana agar dapat memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Adapun kerangka ekonominya yakni sinergi antara sektor public dan private yang sejalan dengna kebijakan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
OJK Ungkap Risiko Jika 'Sustainable Economy' Tidak Didukung
Kebijakan lain yang sifatnya lebih mikro adalah bagaiman kebijakan pemerintah, baik dalam hal keuangan, sektor rill, perpajakan, subsidi, serta kebikakan yang berkaitan dengan wise management.
Wimboh mengungkapkan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengah (RPJM) 2020-2024, nominal penerbitan Sovereign Global Green Sukuk yang dihimpun sejak 2018 hingga 2,74 miliar dollar AS, dan ini dialokasikan untuk pembiayaan transforamsi dan transfer energi menjadi energi abru terkinikan. “Kami akan fokus bagaimana sektor keuangan mmpunyai kontribusi dalam program lingkungan ini dalam mndukung kebijakan Paris on Climate Change 2015 - 2030 dan UN Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030,”ujar dia. Adapun pencapaian keuangan berkelanjutan yang telah dilakukan antara lain penerbitan Green Bonds yang dilakukan oleh PT SMI sebesar Rp 500 miliar, Bank BRI Rp 27,4 triliun, Bank Mandiri Rp 4,2 triliun. Untuk green loans Rp 809,7 triliun, dan Blended Finance Rp 35,6 triliun.
Dari sisi pasar modal, telah diterbitkan SRI - Kehati Index yang telah digunakan oleh 11 MI untuk menerbitkan reksa dana ESG dengan total AUM Rp 2,5 triliun. Kemudian juga, ada ESG leafer indeks yang diluncurkan IDX untuk mengakomodasi reksa dana ESG dan Exchange Fund.
Aktifkan Notifikasimu
Aktifkan
Inilah cara menulis artikel secara otomatis di blogger!
Comments
Post a Comment