![Wow! Asosiasi Prediksi Harga Cabai Berangsur Turun Dalam Waktu Dekat](https://asset.kompas.com/crops/QvAA5BfmHuNHhwsa67VRMz3nTyQ=/0x0:0x0/780x390/data/photo/2021/03/05/6041efe977db8.jpg)
Pengamat pangan IPB sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santoso mengungkapkan, dalam waktu dekat ini kondisi harga komoditas cabai di pasaran secara perlahan akan berangsur turun.
Menurut Dwi, kenaikan yang terjadi selama ini merupakan siklus musiman biasa yang disebabkan cuaca ekstrem sesuai curah hujan tinggi.
Siklus ini bahkan sudah diamati sejak 7 tahun terakhir, di mana setiap puasa dan lebaran harga komoditas utama sesuai cabai, bawang dan ayam potong akan mengalami kenaikan.
"Sebenarnya tidak ada kaitannya dengan Ramadhan atau Lebaran. Kenaikan ini hanya siklus musiman biasa akibat cuaca ekstrim dan kalau kita perhatikan saat ini nampaknya mulai kembali normal," ujar Dwi dalam siaran persnya, dikutip Kompas.com, Kamis (8/4/2021).
Di sisi lain Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengaku selama ini pemerintah sudah melakukan analisis dan berbagai perhitungan untuk menjaga stabilitas harga komoditas utama, baik dari sisi produsen juga dari sisi konsumen.
"Secara nasional ketersediaan pangan kita aman. Bahkan pemerintah sudah melakukan perhitungan perhitungan hingga bulan Mei atau paska lebaran. Tentu kewajiban kami adalah menjaga harga di tingkat produsen juga konsumen. Dua hal ini yang kita jaga bersama jajaran Kemendag," kata Agung.
Perhitungan yang dimaksud yakni dengan mengintervensi pemerintah di saat kondisi harga mulai tidak stabil.
Salah satunya dengan memobilisasi daging dari sentra produksi hingga ke pasar.
"Begitu iuga dengan komoditas cabai yang naik karena faktor cuaca. Kami intervensi sehingga masyarakat dapat membelinya dengan harga yang murah. Dan kami pastikan dalam waktu dekat ini harga cabai akan turun," jelas Agung.
Di samping itu, pemerintah secara rutin memonitoring situasi dan pergerakan harga di lapangan yang dilakukan selama 2 minggu sekali.
Hasil monitoring ini selanjutnya dicocokkan dengan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS).
"Oleh karena itu segala macam upaya kita lakukan. secara continue kita melakukan pertemuan rutin dan melakukan intervensi antar lembaga pemerintah, sehingga kenaikan yang terjadi tidak lebih dari 10 persen," ucap dia.
Aktifkan Notifikasimu
Aktifkan
Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id
Kenali Berbagai Macam Tipe Data yang Ada di Bahasa Pemrograman
Comments
Post a Comment