![Update Terbaru, Cara Mudah Memilih Reksadana untuk Pemula](https://asset.kompas.com/crops/UyJajR-evRNbj_7n4CY75_VevEo=/36x19:722x362/780x390/data/photo/2014/11/07/1945078Reksadana-Logo780x390.jpg)
Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana memang cukup direkomendasikan bagi para pemula karena dana para investor akan dikelola oleh Manajer Investasi yang berpengalaman.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, sesuai yang dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), reksadana merupakan salah satu wadah yang digunakan masyarakat untuk menghimpun dana.
Beberapa keuntungan yang dapat didapat lewat berinvestasi reksadana adalah, memiliki instrumen investasi yang terdiversifikasi otomatis, modal awal investasi yang kecil, dapat ditop-up dan dicairkan kapan saja, dan bebas pajak.
Secara sederhana, masyarakat menjalani urunan dana dan setelah terkumpul, dana tersebut dikelola sebagai bentuk investasi oleh manajer investasi ke dalam portofolio efek.
Jika dilihat dari portofolio efeknya, reksadana memiliki banyak jenis. Selain reksa dana pasar uang, ada pula reksa dana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksa danasaham, reksadana terproteksi, reksadana indeks, reksadana dengan penjaminan, hingga Exchanged Traded Fund (ETF).
Berikut adalah tips untuk memilih reksa dana untuk pemula sesuai dilansir dari Lifepal, Sabtu (5/12/2020):
Kenali manajer investasi pengelola reksa dana dengan baik
Prospektus dalam sebuah produk reksadana berisikan banyak hal terkait strategi pengelolaan reksadana, pembatasan investasi, hingga orang-orang di balik perusahaan manajer investasi tersebut.
Mencari tahu soal rekam jejak manajer investasi (MI) adalah hal wajib yang harus dilakukan investor. Di era keterbukaan informasi sesuai saat ini, sangat mudah untuk mengetahui apakah MI yang kita tuju pernah terlibat kasus, atau pelanggaran hukum lainnya.
Ketahui pula, jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) perusahaan manajer investasi tersebut. Besarnya AUM menandakan tingginya kepercayaan investor terhadap MI.
Sebab, tidak mungkin investor mempercayakan dana mereka dikelola oleh MI yang kinerjanya buruk.
Cari benchmark untuk mengukur performa reksa dana
Data historis seputar imbal hasil sebuah reksadana secara bulanan hingga tahunan tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan untuk memilih produk reksadana. Anda dapat menjalani perbandingan dengan menggunakan beberapa acuan atau benchmark.
Kinerja reksadana yang disertai benchmark dapat Anda temukan di fund fact sheet produk reksadana. Namun Anda pun dapat menjalani perbandingan secara mandiri dengan menggunakan benchmark sebagai berikut:
Reksadana pasar uang vs bunga deposito
Reksadana pasar uang merupakan reksa dana yang memiliki underlying asset atau aset dasar berupa instrumen pasar uang. Beberapa di antaranya adalah deposito dan surat utang jangka pendek yang jatuh temponya di bawah satu tahun.
Kinerja reksadana pasar uang memang tergolong lebih stabil ketimbang reksadana lainnya. Satu-satunya cara untuk mengukur performa reksa dana adalah dengan membandingkannya dengan deposito bank umum.
Reksadana campuran vs saham dengan IHSG
Jika reksadana yang Anda beli adalah reksadana saham, maka Anda dapat menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengukur performanya.
Ketika kinerjanya dapat mengalahkan IHSG secara konsisten, maka hal itu dapat Anda pertimbangkan. IHSG pun dapat dijadikan benchmark untuk mengukur performa reksadana campuran, asalkan komposisi portofolio efek di reksadana campuran tersebut, sebagian besarnya adalah saham.
Reksadana pendapatan tetap vs indeks obligasi
Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, benchmark berupa Indonesian Indeks Obligasi Pemerintah, Indeks Obligasi Korporat, atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index). Semuanya tergantung isi dari underlying asset dari reksadana pendapatan tetap yang dipilih.
Ketika sebagian besar underlying asset adalah obligasi pemerintah, maka Indeks Obligasi Pemerintah dapat menjadi benchmark. Namun ketika obligasi swasta yang lebih banyak, Indeks Obligasi Korporat boleh dijadikan acuan.
Perhatikan Sharpe Ratio
Ketika seseorang memilih instrumen investasi yang memiliki volatilitas tinggi maka mereka juga mengharapkan imbal hasil yang tinggi. Sharpe ratio dapat digunakan untuk tingkat risiko dari reksadana.
Tidak ada patokan berapa sharpe ratio yang terbaik. Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur kinerja reksadana dengan perbandingan imbal hasil dan risiko (standar deviasi). Makin tinggi sharpe ratio maka makin baik kinerja reksadana tersebut.
Jika Anda menemukan nilai sharpe ratio negatif di produk reksadana, maka akan lebih baik bagi kita untuk memilih reksadana yang sharpe ratio negatifnya paling kecil.
Sharpe ratio yang negatif menandakan tingkat risiko lebih besar dibanding dengan tingkat pengembalian.
Ketika Anda membeli reksadana di platform milik agen penjual efek reksadana atau perusahaan sekuritas, maka nilai rasio ini akan tertera di daftar reksadana.
Nilai sharpe ratio juga dapat berubah, dapat saja satu reksadana saham memiliki nilai sharpe ratio yang tinggi dalam 3 bulan akan tetapi minus di periode 1 tahun.
Perhatikan nilai draw down
Draw down dapat dimaknai sebagai tingkat kerugian maksimal yang ada di produk reksadana, atau dapat juga didefinisikan sebagai tingkat penurunan kinerja dari titik puncaknya ke titik terendah.
Apabila sebuah reksadana memiliki nilai draw down sebesar 30 persen setahun, berarti kinerja reksa dana tersebut pernah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Sama sesuai sharpe ratio, nilai draw down juga dapat dipengaruhi oleh time frame.
Draw down yang tinggi umumnya ditemukan di reksadana campuran juga saham. Untuk sebagian besar reksadana pasar uang, nilai draw down ada di angka 0 koma sekian. Bahkan tidak sedikit pula yang nilainya 0,00 persen.
Waspadai expense ratio reksadana
Expense ratio dapat juga disebut sebagai perbandingan beban operasional reksadana dengan rata-rata NAB dalam setahun.
Pengelolaan sebuah reksadana tentu akan memunculkan biaya. Biaya-biaya tersebut sebut saja, biaya kustodian, trading, marketing, dan lainnya.
Semakin kecil expense ratio mencerminkan kehandalan Manajer Investasi dalam mengelola produknya.
Pilih reksadana sesuai dengan jangka waktu investasi Anda
Semakin pendek jangka waktu investasi, maka pilihan reksadana yang disarankan adalah reksadana yang volatilitas nilai aktiva bersih (NAB)-nya rendah.
Namun untuk jangka panjang, maka pilihan reksadananya akan semakin fleksibel, boleh yang rendah volatilitasnya atau yang tinggi karena mengharap imbal hasil yang besar.
Untuk jangka waktu pendek (1-3 tahun), sangat disarankan untuk memilih reksadana yang rendah fluktuasi sesuai reksa dana pasar uang, atau pendapatan tetap.
Untuk jangka menengah (3-5 tahun), disarankan untuk memilih reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran. Sementara itu untuk kebutuhan dana pendidikan di atas 5 tahun, maka reksadana saham boleh dicoba.
Itulah hal-hal yang mesti diketahui ketika kita memilih reksadana.
Pada intinya produk investasi ini memang cocok bagi investor pemula, yang belum pernah berinvestasi. Namun sebelum memilih produknya, kenalilah lebih dalam seputar produk investasi ini.
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya
Aktifkan
Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini
Comments
Post a Comment