![Duh! Komite PC PEN: Dunia Alami Resesi Terhebat Sejak PD II](https://asset.kompas.com/crops/iLXR2H2TauTf1X6lbFb0z3kPZrs=/0x0:1200x800/780x390/data/photo/2020/08/02/5f266456a46e0.jpg)
Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Raden Pardede mengatakan, kontraksi ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19 merupakan yang terdalam sejak perang dunia kedua. Pada tahun 1945-1946, ekonomi global terkontraksi hingga - 15,4 persen. Sementara di tahun 2020 ini, ekonomi dunia diprediksi akan terkontraksi hingga - 6,2 persen. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya, kontraksinya lebih kecil, yakni - 2,9 persen tahun 2009, - 0,3 persen tahun 2001, - 1,3 persen tahun 1982, dan - 0,8 persen tahun 1975.
"Dunia (saat ini) mengalami resesi terhebat, sejak perang dunia kedua. Kita dapat lihat (pertumbuhan ekonomi) terakhir yang paling berat adalah tahun 1945-1946 di mana ekonomi dunia mengalami kontraksi," kata Raden dalam Seminar Transformasi Ekonomi Universitas Islam Bandung secara virtual, Kamis (5/11/2020).Resesi hebat yang terjadi sejak perang dunia kedua ini wajar membuat seluruh negara belajar dan mencari cara penanganan yang tepat. Pemerintah Indonesia, kata Raden, juga mencari cara yang terbaik.
"Kita tentu sangat bersedih dan sangat concern terhadap tingkat kematian yang jumlahnya 13.000 jiwa sekarang ini. Itu kita sangat sesali, mestinya dapat lebih rendah. Tapi kita juga harus membandingkan dengan negara lain dan belajar," ucap dia.
Lebih lanjut Raden mengungkap, pola belajar tiap negara berbeda-beda sehingga penanganannya pun tidak sama. Masing-masing negara menjalani respons sesuai dengan ukuran negaranya. Karena kondisi penduduk dan geografisnya berbeda, tiap negara pun tidak dapat dibandingkan dalam hal penanganan Covid-19. Negara kepulauan sesuai Indonesia misalnya, tidak dapat dibandingkan dengan negara daratan.
Begitu pula dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang hingga 270 juta tidak dapat dibandingkan dengan jumlah penduduk New Zealand, yang hanya sekitar 4 juta. "Kemudian sistem pemerintahan yang dianut negara berbeda-beda, mengakibatkan keluaran respons berbeda. Mudah-mudahan ke depan makin lama makin baik cara penanganan kita terhadap Covid-19 ini," pungkas Raden.
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya
Aktifkan
Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini
Comments
Post a Comment